8 November 2009
Horor or Konyol...?
Hujan deras, udara dingin, mereka begitu serius bertukar cerita. Cerita horor. Saya cuma mendengarkan sekilas. Bukan karena saya takut, tapi karena saya tiba-tiba teringat sebuah cerita horor di masa kecil saya. Cerita horor yang sangat konyol. Well, sebenernya sangat konyol dan ga ada horor-horornya sama sekali. But, hey, saya masih anak-anak waktu itu.
So lets flashback at that time...
Waktu itu saya belum genap berusia enam tahun. Saya bahkan belum sekolah. Dan saya punya kebiasaan tidur paling telat dibandingkan dua saudara saya. Kebiasaan yang selalu bikin Mama saya ngomel-ngomel.
Dan... kita sampai di malam itu...
Saya di ruang tengah, menulis ulang semua judul berita yang ada di Kaltim Post ke dalam buku coretan saya. Ini satu kebiasaan yang, untunglah, sangat diperbolehkan sama Mama. Itung-itung saya belajar nulis sebelum mulai sekolah. Waktu itu saya meminjam spidol Snowman hitam punya Mama yang saya colong dari kamar (tapi tentunya sudah dengan izin Mama, karena saya anak yang baik... okey, kalian silakan muntah disini...). Saya menikmati acara "menyalin-judul" saya, sambil dengerin suara merdu Mama yang menyenandungkan lagu "Ibarat Air di Daun Talas" sebagai pengantar tidur buat ade' saya, Dhanie, yang saat itu sudah separu terlelap di dalam ayunan. Kakak saya, si Nirma, sudah masuk ke kamar Nenek, siap-siap untuk tidur, sementara Nenek masih sibuk di dapur, berkutat dengan apapun yang beliau lakukan saat itu. Dan... tunggu, masih ada tante bungsu saya yang waktu itu lagi ngerjain pe-er.
Bisa liat apa yang kurang disini...?
Iya, ga ada laki-laki dewasa di rumah saya saat itu, yang mungkin bisa melindungi kami dari apapun yang mungkin terjadi di rumah. Bapak tugas kerja di Samarinda dan paman saya berada pada masa-masa indahnya dunia anak muda, nongkrong bareng teman-temannya.
"Sudah, sudah, Is. Mau jam berapa lagi kamu tidur?"
Itu adalah kalimat yang sudah kesekian kalinya keluar dari mulut Mama untuk menyuruh saya tidur. Dan menurut saya, memang ada nada perintah dalam suara beliau, yang berarti, kalau kali ini saya membantah, bakalan ada tanda merah nyeri di paha saya.
Menuruti perintah Mama, saya melipat Kaltim Post dan menutup buku coretan saya, dan mengembalikan keduanya ke dalam salah satu laci meja belajar yang khusus menyimpan semua coretan saya. Lalu saya masuk ke kamar Mama untuk mengembalikan spidol Mama ke dalam lemari, karena kalau ga, saya bakalan dapat tambahan tanda merah nyeri lagi di paha saya yang satunya.
Dan pada saat itulah semuanya terjadi...
Tepat ketika saya menutup pintu lemari, sesuatu berwarna hitam, ringan, dan mengerikan menerjang saya...
Hanya satu hal yang bisa saya lakukan...
WAAAA...!!!! MAMAAAA...!!!!!
Saya ingat berteriak kencang banget saat itu, sampai-sampai saya yakin hanya kelelawar yang bisa dengar suara saya.
Begitu saya bisa merasakan kaki saya, saya langsung meluncur begitu cepatnya ke pintu kamar. Tapi ternyata sosok mengerikan itu ga mau saya keluar kamar, menarik baju saya begitu kuatnya sampai-sampai saya jatuh tersungkur. Saya berteriak lebih kencang lagi...
MAMAAAAA....!!! MAMAAAAA...!!!!
Saya ga mau dimakan hantu, jadi saya menarik baju saya sekuat tenaga, membuatnya robek, dan merangkak keluar ruangan karena begitu inginnya saya menjauh dari kamar dengan sosok menyeramkan itu.
Mama langsung menarik saya ke dalam pelukan, terlihat cemas. Kakak saya yang sudah hampir tertidur di kamar nenek juga langsung melesat keluar kamar, ketakutan dan langsung ikut memeluk Mama. Bahkan tante bungsu saya ikut merapat di sisi Mama, ngeri mendengar teriakan saya.
Tapi Nenek orang yang berani, atau mungkin keberanian itu muncul karena beliau juga takut. Yang jelas, beliau langsung mengangkat kursi dari dapur dan berseru, "Mana perakangnya?! Mana?!". Ya, Nenek mengira yang saya lihat adalah Perakang, hantu bertubuh seperti kambing berkepala perempuan tua yang suka mengambil jantung anak-anak.
Semua ketakutan, tapi Nenek pemberani. Beliau masuk ke dalam kamar Mama. Saya ketakutan sekali, takut kalau Nenek yang akan diambil jantungnya sama hantu itu. Tapi ga berapa lama Nenek keluar, sedikit ngos-ngosan, tapi malah geleng-geleng kepala. Tangan kiri beliau memegang robekan baju saya yang tadi terkait pegangan pintu, dan di tangan kanan beliau...
"Ini nah perakangnya," seru Nenek.
Beliau mengacung-acungkan kresek hitam di hadapan kami semua.
Iya, teman-teman. KRESEK HITAM..!!
Jadi sosok hitam, ringan, dan terbang menjatuhi saya dari atas lemari ketika saya mengembalikan spidol adalah...
KRESEK HITAM...
Zigh...
Sudah tau kan konyolnya dimana. Kalian boleh tertawa, ga ada larangan sama sekali. Saya juga selalu ikut tertawa setiap kali saya kembali menceritakan kejadian konyol ini. Bahkan sekarang saya lagi-lagi tertawa. Menertawakan kekonyolan saya. Hahahaa...
Tapi buat Isna yang masih berumur kurang dari enam tahun, itu bener-bener hal paling menakutkan yang pernah dia alami...
8 November 2009
Horor or Konyol...?
Hujan deras, udara dingin, mereka begitu serius bertukar cerita. Cerita horor. Saya cuma mendengarkan sekilas. Bukan karena saya takut, tapi karena saya tiba-tiba teringat sebuah cerita horor di masa kecil saya. Cerita horor yang sangat konyol. Well, sebenernya sangat konyol dan ga ada horor-horornya sama sekali. But, hey, saya masih anak-anak waktu itu.
So lets flashback at that time...
Waktu itu saya belum genap berusia enam tahun. Saya bahkan belum sekolah. Dan saya punya kebiasaan tidur paling telat dibandingkan dua saudara saya. Kebiasaan yang selalu bikin Mama saya ngomel-ngomel.
Dan... kita sampai di malam itu...
Saya di ruang tengah, menulis ulang semua judul berita yang ada di Kaltim Post ke dalam buku coretan saya. Ini satu kebiasaan yang, untunglah, sangat diperbolehkan sama Mama. Itung-itung saya belajar nulis sebelum mulai sekolah. Waktu itu saya meminjam spidol Snowman hitam punya Mama yang saya colong dari kamar (tapi tentunya sudah dengan izin Mama, karena saya anak yang baik... okey, kalian silakan muntah disini...). Saya menikmati acara "menyalin-judul" saya, sambil dengerin suara merdu Mama yang menyenandungkan lagu "Ibarat Air di Daun Talas" sebagai pengantar tidur buat ade' saya, Dhanie, yang saat itu sudah separu terlelap di dalam ayunan. Kakak saya, si Nirma, sudah masuk ke kamar Nenek, siap-siap untuk tidur, sementara Nenek masih sibuk di dapur, berkutat dengan apapun yang beliau lakukan saat itu. Dan... tunggu, masih ada tante bungsu saya yang waktu itu lagi ngerjain pe-er.
Bisa liat apa yang kurang disini...?
Iya, ga ada laki-laki dewasa di rumah saya saat itu, yang mungkin bisa melindungi kami dari apapun yang mungkin terjadi di rumah. Bapak tugas kerja di Samarinda dan paman saya berada pada masa-masa indahnya dunia anak muda, nongkrong bareng teman-temannya.
"Sudah, sudah, Is. Mau jam berapa lagi kamu tidur?"
Itu adalah kalimat yang sudah kesekian kalinya keluar dari mulut Mama untuk menyuruh saya tidur. Dan menurut saya, memang ada nada perintah dalam suara beliau, yang berarti, kalau kali ini saya membantah, bakalan ada tanda merah nyeri di paha saya.
Menuruti perintah Mama, saya melipat Kaltim Post dan menutup buku coretan saya, dan mengembalikan keduanya ke dalam salah satu laci meja belajar yang khusus menyimpan semua coretan saya. Lalu saya masuk ke kamar Mama untuk mengembalikan spidol Mama ke dalam lemari, karena kalau ga, saya bakalan dapat tambahan tanda merah nyeri lagi di paha saya yang satunya.
Dan pada saat itulah semuanya terjadi...
Tepat ketika saya menutup pintu lemari, sesuatu berwarna hitam, ringan, dan mengerikan menerjang saya...
Hanya satu hal yang bisa saya lakukan...
WAAAA...!!!! MAMAAAA...!!!!!
Saya ingat berteriak kencang banget saat itu, sampai-sampai saya yakin hanya kelelawar yang bisa dengar suara saya.
Begitu saya bisa merasakan kaki saya, saya langsung meluncur begitu cepatnya ke pintu kamar. Tapi ternyata sosok mengerikan itu ga mau saya keluar kamar, menarik baju saya begitu kuatnya sampai-sampai saya jatuh tersungkur. Saya berteriak lebih kencang lagi...
MAMAAAAA....!!! MAMAAAAA...!!!!
Saya ga mau dimakan hantu, jadi saya menarik baju saya sekuat tenaga, membuatnya robek, dan merangkak keluar ruangan karena begitu inginnya saya menjauh dari kamar dengan sosok menyeramkan itu.
Mama langsung menarik saya ke dalam pelukan, terlihat cemas. Kakak saya yang sudah hampir tertidur di kamar nenek juga langsung melesat keluar kamar, ketakutan dan langsung ikut memeluk Mama. Bahkan tante bungsu saya ikut merapat di sisi Mama, ngeri mendengar teriakan saya.
Tapi Nenek orang yang berani, atau mungkin keberanian itu muncul karena beliau juga takut. Yang jelas, beliau langsung mengangkat kursi dari dapur dan berseru, "Mana perakangnya?! Mana?!". Ya, Nenek mengira yang saya lihat adalah Perakang, hantu bertubuh seperti kambing berkepala perempuan tua yang suka mengambil jantung anak-anak.
Semua ketakutan, tapi Nenek pemberani. Beliau masuk ke dalam kamar Mama. Saya ketakutan sekali, takut kalau Nenek yang akan diambil jantungnya sama hantu itu. Tapi ga berapa lama Nenek keluar, sedikit ngos-ngosan, tapi malah geleng-geleng kepala. Tangan kiri beliau memegang robekan baju saya yang tadi terkait pegangan pintu, dan di tangan kanan beliau...
"Ini nah perakangnya," seru Nenek.
Beliau mengacung-acungkan kresek hitam di hadapan kami semua.
Iya, teman-teman. KRESEK HITAM..!!
Jadi sosok hitam, ringan, dan terbang menjatuhi saya dari atas lemari ketika saya mengembalikan spidol adalah...
KRESEK HITAM...
Zigh...
Sudah tau kan konyolnya dimana. Kalian boleh tertawa, ga ada larangan sama sekali. Saya juga selalu ikut tertawa setiap kali saya kembali menceritakan kejadian konyol ini. Bahkan sekarang saya lagi-lagi tertawa. Menertawakan kekonyolan saya. Hahahaa...
Tapi buat Isna yang masih berumur kurang dari enam tahun, itu bener-bener hal paling menakutkan yang pernah dia alami...
9 comments on "Horor or Konyol...?"
- Unknown on 8 November 2009 at 17:40 said...
-
dasarr.kirain beneran..hehehe.
- Si_Isna on 8 November 2009 at 21:37 said...
-
hehee...
namanya juga anak2 mba... - bandit™perantau on 9 November 2009 at 08:23 said...
-
awkakwkakwakwkakwakwakkwa.......
kresek hitam ternyata...
Hmm, sebenarnya saya rada-rada malu bilang ini, (nanti anda jadi tahu saya penggemar lagu" apa), kayaknya itu judul lagu pengantar tidurnya kurang bener... yg bener itu "Ibarat Air di Daun Keladi" (klo dilanjut) begitu juga, cintamu padaku......
heheheh - Si_Isna on 9 November 2009 at 11:17 said...
-
iya ya... saya udah lupa soalnya... judulnya juga udah ga ingat... hihiii...
- NOOR'S on 9 November 2009 at 15:38 said...
-
Wekekekkkk...! kirain beneran...ngomong2 sekarang masih takut sama kresek hitam he..he
- Si_Isna on 9 November 2009 at 21:46 said...
-
ya nda lah...
ga takut ma apa-apa malah, kecuali Tuhan... ^_^ - Lisha Boneth on 10 November 2009 at 12:33 said...
-
iyaa... saya jg suka lagu pengantar tidur itu... :D
*tos sm bang bandits - zujoe on 10 November 2009 at 20:42 said...
-
huhuhuuuu... sama kresek item aja takut, kek aku dunk... *takut juga*
- Reni on 10 November 2009 at 23:16 said...
-
Oalah... ternyata kresek hitam to..?
Untung aja kreseknya gak sampai menutupi mata.., pasti lebih histeris deh hehehe...
Post a Comment
Makasih banget deh udah nyempat-nyempatin baca... lebih makasih lagi kalau ditambah komennya...
9 ocehan mereka:
dasarr.kirain beneran..hehehe.
hehee...
namanya juga anak2 mba...
awkakwkakwakwkakwakwakkwa.......
kresek hitam ternyata...
Hmm, sebenarnya saya rada-rada malu bilang ini, (nanti anda jadi tahu saya penggemar lagu" apa), kayaknya itu judul lagu pengantar tidurnya kurang bener... yg bener itu "Ibarat Air di Daun Keladi" (klo dilanjut) begitu juga, cintamu padaku......
heheheh
iya ya... saya udah lupa soalnya... judulnya juga udah ga ingat... hihiii...
Wekekekkkk...! kirain beneran...ngomong2 sekarang masih takut sama kresek hitam he..he
ya nda lah...
ga takut ma apa-apa malah, kecuali Tuhan... ^_^
iyaa... saya jg suka lagu pengantar tidur itu... :D
*tos sm bang bandits
huhuhuuuu... sama kresek item aja takut, kek aku dunk... *takut juga*
Oalah... ternyata kresek hitam to..?
Untung aja kreseknya gak sampai menutupi mata.., pasti lebih histeris deh hehehe...
Post a Comment
Makasih banget deh udah nyempat-nyempatin baca... lebih makasih lagi kalau ditambah komennya...