16 December 2009

Lelaki Itu Adalah Bapak

Dicelotehkan oleh Si_Isna jam 09:58

Sebuah catatan kecil kembali terbuka
di hadapan saya.
Sebuah catatan yang mengingatkan saya
akan seorang Lelaki Terhebat
dalam hidup saya.

Bapak.

Seorang laki-laki berpendirian keras
yang mulai terlihat semakin dikalahkan oleh usia.




Dulu saya sama Bapak jarang akur. Kami berdua selalu bertengkar. Atau lebih tepatnya... Bapak yang sering omelin saya, sementara saya cuma bisa ngomel dalam hati. Saya sendiri bingung, salah saya sebenernya dimana, tapi saya selalu dianggap salah sama Bapak.

Saya masih ingat banget hal paling menyakitkan yang pernah diucapkan Bapak ke saya : "Kamu itu kalau nda sekolah, ya ngerjain peer di rumah. Nda adakah hal yang bermanfaat yang bisa kamu kerjain...?"

Saya bingung mesti jawab seperti apa, yang saya pikirkan saat itu adalah kok Bapak sampe ngomong seperti itu. Saya ga habis pikir dengan cara berpikir Bapak. Saat itu saya ngerasa sudah melakukan yang terbaik untuk membuat Bapak bangga. Saya sekolah di sekolah unggulan yang mengharuskan saya terpenjara dalam rutinitas yang begitu melelahkan. Saya sudah harus berangkat ke sekolah jam 6.30 pagi karena kelas saya dimulai jam 7. Saya harus menguras seluruh isi otak saya selama di sekolah dan baru bisa bernafas lega jam 4 sore. Tiba di rumah jam 5.30 sore, tapi saya cuma bisa istirahat sebentar untuk mandi dan makan sebelum saya kembali menghadapi buku pelajaran, mengerjakan peer, dan mempersiapkan diri untuk tes yang bisa datang sewaktu-waktu dari guru-guru saya. Jam 8 malam saya sudah bener-bener cape dan memilih untuk tidur awal, karena saya tau besoknya saya akan kembali menghadapi rutinitas yang sama... dan melelahkan. Semua saya lakukan agar saya tetap bisa memperoleh nilai bagus.

Dan saya melakukannya untuk membuat Bapak bangga sama saya.

Tapi ternyata cara saya itu dianggap salah sama Bapak.

Satu hal lagi, Bapak punya satu prinsip yang menurut saya sangat kuat. Hal yang paling beliau utamakan untuk anak-anak beliau adalah pendidikan. Itu sebabnya Bapak memaksakan saya untuk kuliah. Saya agak ragu-ragu saat itu, karena saya tau bagaimana kondisi keuangan keluarga kami. Kakak saya sudah kuliah di luar kota dan perlu biaya yang ga sedikit. Saya ga mau merepotkan Bapak dengan ikut-ikutan kuliah di luar kota juga. Saya sudah bilang sama Bapak saya kuliah di Balikpapan aja, ga perlu keluar kota, biar ga harus keluar banyak biaya. Saya bisa pilih salah satu lembaga pendidikan yang ada di sana, kuliah setahun, dan saya sudah bisa langsung magang di perusahaan. Tapi Bapak punya kecenderungan rasa gengsi yang tinggi. Beliau bilang saya ga bakalan jadi apa-apa kalau cuma sekolah di lembaga pendidikan.

Saya turuti lah kemauan Bapak. Saya berangkat ke Banjarmasin, menyusul kakak saya yang sudah tiga tahun berada disana, dan memulai kuliah di tempat yang sebenernya tidak terlalu saya inginkan.

Dan saya tau akhirnya saat itu datang juga. Ketika kakak saya sudah menyelesaikan kuliahnya dan tertinggal saya sendiri di Banjarmasin, Bapak juga harus berhenti dari pekerjaannya. Keadaan saya mulai mengkhawatirkan. Bapak mulai kebingungan untuk membiayai kuliah saya dan pada akhirnya mencetuskan satu hal yang ga pernah ingin saya dengar.

Bapak meminta saya untuk berhenti kuliah. Padahal saya sudah semester lima, sudah terlalu sayang kalau saya harus meninggalkan kuliah. Saya tetap ingin mempertahankannya. Maka saya pun memutuskan untuk mencari pekerjaan. Hanya sedikit pekerjaan yang bisa saya lakukan sambil kuliah. Dan menjadi penyiar adalah salah satunya.

Semenjak itulah pikiran saya terbuka. Semenjak saya mencoba untuk tidak tergantung pada orang tua, saya pun belajar arti kekerasan hidup yang sebenarnya. Dan entah apa hubungan yang sebenernya, saya juga mulai belajar memahami bagaimana cara berpikir Bapak. Dan meskipun kekesalan itu masih ada, saya belajar untuk menerima keadaan tersebut.

Bahwa saya dan Bapak ternyata sebenernya punya banyak persamaan. Bahwa sebenernya kami saling menyayangi lebih dari yang kami sadari. Bahwa sebenarnya Bapak juga ingin melakukan sesuatu yang bisa membahagiakan saya nantinya. Tapi ternyata cara yang Bapak lakukan telah saya anggap salah sebelumnya. See...? We do have the similarity.

Bapak, dengan segala kekurangan yang dimilikinya, seperti yang pasti juga dimiliki semua orang, termasuk saya, telah mengajarkan saya satu hal. Selama kita memiliki keinginan, kita pasti menemukan jalan untuk mencapainya.

Bapak, Lelaki Terhebat dalam hidup saya


4 ocehan mereka:

Unknown on 17 December 2009 at 11:52 said...

begitulah seorang ayah, dia sangat memerhatikan pendidikan putera puterinya. sungguh ayah yg baik.

Lisha Boneth on 18 December 2009 at 09:34 said...

bapake ganteeeeeeng......

hihihihi ;)) ;))

bagaimanapun wujud dan perawakan bapak, udah pasti beliau menginginkan yang terbaik buat anak2nya..

miwwa on 18 December 2009 at 12:45 said...

iya. ayah adalah lelaki terhebat dalam hidup kita. :) sayang ayah.

de asmara on 21 December 2009 at 22:24 said...

Bapak kamu hebat. dan kamu pun juga anak yg hebat. setidaknya dari apa yg saya baca di sepanjang tulisan kamu ini :)

Post a Comment

Makasih banget deh udah nyempat-nyempatin baca... lebih makasih lagi kalau ditambah komennya...

16 December 2009

Lelaki Itu Adalah Bapak

Posted by Si_Isna at 09:58

Sebuah catatan kecil kembali terbuka
di hadapan saya.
Sebuah catatan yang mengingatkan saya
akan seorang Lelaki Terhebat
dalam hidup saya.

Bapak.

Seorang laki-laki berpendirian keras
yang mulai terlihat semakin dikalahkan oleh usia.




Dulu saya sama Bapak jarang akur. Kami berdua selalu bertengkar. Atau lebih tepatnya... Bapak yang sering omelin saya, sementara saya cuma bisa ngomel dalam hati. Saya sendiri bingung, salah saya sebenernya dimana, tapi saya selalu dianggap salah sama Bapak.

Saya masih ingat banget hal paling menyakitkan yang pernah diucapkan Bapak ke saya : "Kamu itu kalau nda sekolah, ya ngerjain peer di rumah. Nda adakah hal yang bermanfaat yang bisa kamu kerjain...?"

Saya bingung mesti jawab seperti apa, yang saya pikirkan saat itu adalah kok Bapak sampe ngomong seperti itu. Saya ga habis pikir dengan cara berpikir Bapak. Saat itu saya ngerasa sudah melakukan yang terbaik untuk membuat Bapak bangga. Saya sekolah di sekolah unggulan yang mengharuskan saya terpenjara dalam rutinitas yang begitu melelahkan. Saya sudah harus berangkat ke sekolah jam 6.30 pagi karena kelas saya dimulai jam 7. Saya harus menguras seluruh isi otak saya selama di sekolah dan baru bisa bernafas lega jam 4 sore. Tiba di rumah jam 5.30 sore, tapi saya cuma bisa istirahat sebentar untuk mandi dan makan sebelum saya kembali menghadapi buku pelajaran, mengerjakan peer, dan mempersiapkan diri untuk tes yang bisa datang sewaktu-waktu dari guru-guru saya. Jam 8 malam saya sudah bener-bener cape dan memilih untuk tidur awal, karena saya tau besoknya saya akan kembali menghadapi rutinitas yang sama... dan melelahkan. Semua saya lakukan agar saya tetap bisa memperoleh nilai bagus.

Dan saya melakukannya untuk membuat Bapak bangga sama saya.

Tapi ternyata cara saya itu dianggap salah sama Bapak.

Satu hal lagi, Bapak punya satu prinsip yang menurut saya sangat kuat. Hal yang paling beliau utamakan untuk anak-anak beliau adalah pendidikan. Itu sebabnya Bapak memaksakan saya untuk kuliah. Saya agak ragu-ragu saat itu, karena saya tau bagaimana kondisi keuangan keluarga kami. Kakak saya sudah kuliah di luar kota dan perlu biaya yang ga sedikit. Saya ga mau merepotkan Bapak dengan ikut-ikutan kuliah di luar kota juga. Saya sudah bilang sama Bapak saya kuliah di Balikpapan aja, ga perlu keluar kota, biar ga harus keluar banyak biaya. Saya bisa pilih salah satu lembaga pendidikan yang ada di sana, kuliah setahun, dan saya sudah bisa langsung magang di perusahaan. Tapi Bapak punya kecenderungan rasa gengsi yang tinggi. Beliau bilang saya ga bakalan jadi apa-apa kalau cuma sekolah di lembaga pendidikan.

Saya turuti lah kemauan Bapak. Saya berangkat ke Banjarmasin, menyusul kakak saya yang sudah tiga tahun berada disana, dan memulai kuliah di tempat yang sebenernya tidak terlalu saya inginkan.

Dan saya tau akhirnya saat itu datang juga. Ketika kakak saya sudah menyelesaikan kuliahnya dan tertinggal saya sendiri di Banjarmasin, Bapak juga harus berhenti dari pekerjaannya. Keadaan saya mulai mengkhawatirkan. Bapak mulai kebingungan untuk membiayai kuliah saya dan pada akhirnya mencetuskan satu hal yang ga pernah ingin saya dengar.

Bapak meminta saya untuk berhenti kuliah. Padahal saya sudah semester lima, sudah terlalu sayang kalau saya harus meninggalkan kuliah. Saya tetap ingin mempertahankannya. Maka saya pun memutuskan untuk mencari pekerjaan. Hanya sedikit pekerjaan yang bisa saya lakukan sambil kuliah. Dan menjadi penyiar adalah salah satunya.

Semenjak itulah pikiran saya terbuka. Semenjak saya mencoba untuk tidak tergantung pada orang tua, saya pun belajar arti kekerasan hidup yang sebenarnya. Dan entah apa hubungan yang sebenernya, saya juga mulai belajar memahami bagaimana cara berpikir Bapak. Dan meskipun kekesalan itu masih ada, saya belajar untuk menerima keadaan tersebut.

Bahwa saya dan Bapak ternyata sebenernya punya banyak persamaan. Bahwa sebenernya kami saling menyayangi lebih dari yang kami sadari. Bahwa sebenarnya Bapak juga ingin melakukan sesuatu yang bisa membahagiakan saya nantinya. Tapi ternyata cara yang Bapak lakukan telah saya anggap salah sebelumnya. See...? We do have the similarity.

Bapak, dengan segala kekurangan yang dimilikinya, seperti yang pasti juga dimiliki semua orang, termasuk saya, telah mengajarkan saya satu hal. Selama kita memiliki keinginan, kita pasti menemukan jalan untuk mencapainya.

Bapak, Lelaki Terhebat dalam hidup saya


4 comments on "Lelaki Itu Adalah Bapak"

Unknown on 17 December 2009 at 11:52 said...

begitulah seorang ayah, dia sangat memerhatikan pendidikan putera puterinya. sungguh ayah yg baik.

Lisha Boneth on 18 December 2009 at 09:34 said...

bapake ganteeeeeeng......

hihihihi ;)) ;))

bagaimanapun wujud dan perawakan bapak, udah pasti beliau menginginkan yang terbaik buat anak2nya..

miwwa on 18 December 2009 at 12:45 said...

iya. ayah adalah lelaki terhebat dalam hidup kita. :) sayang ayah.

de asmara on 21 December 2009 at 22:24 said...

Bapak kamu hebat. dan kamu pun juga anak yg hebat. setidaknya dari apa yg saya baca di sepanjang tulisan kamu ini :)

Post a Comment

Makasih banget deh udah nyempat-nyempatin baca... lebih makasih lagi kalau ditambah komennya...

My Blog List (testing what a long title looks like)

 
Blog Design by Template-Mama.